10.04.2008

RASTA BELLA

Posted by gustaf parlindungan lumban tobing On 10/04/2008 12:35:00 PM No comments


15 tahun Kemudian

Part 1 – Zara Zettira ZR

Tik tok tik tok
Jari jari jam di dinding terus menari, melenggak lenggok bagai koerography grup tari Swara Mahardikha jaman Bella masih ABG dulu. Suara dendang Chrisye mengudara dari Ipod speaker di sebelah kiri komputer Bella. Sendiri, begitu judul lagunya. Kalau dulu Bella lebih menikmati “hip hip Hura Hura” nya Chrisye, sekarang berhubung suasana berubah, selera muskipun ikut berubah.

Bella kesepian. Ya. Sendiri. Yang ada bersama Bella hanya ingatan masa lalu. Hanya memory yang jadi alat membunuh kesepian dan gundah gulananya. Lime belas tahun sudah berlalu. Sepuluh tahun sudah ia tinggalkan tanah air tercinta untuk sebuah impian. Impian yang sampai detik ini tetap jadi impian. Sepuluh tahun tidak berdaya menjadikan impian Bella kenyataan.
Di dinding, di sebelah jam , ada foto seorang lelaki. Ganteng. Ganteng banget malahan. Semua orang yang mengenal Mario pasti memberikan komentar yang sama: “Buset, adiknya Bradd Pitt ya?”
Bella juga punya komentar yang sama tatkala pertama kali berkenalan dengan Mario. Jatuh cinta pada pandangan pertama. Dan bukan Bella namanya kalau dia lantas tidak berjuang untuk mendapatkan apa yang diinginkannya. Dari kecil Bella memang terkenal kopegh, keras kepala, keras hati dan pendiriannya. Ditambah lagi bonus, orang tuanya sangat memanjakan dirinya. Apapun keinginannya hampir bisa diramalkan 99% akan tercapai. Demikian pula adanya dengan cinta. Bukankah cinta adalah bagian dari masa depan? Masa depan perlu perjuangan.
Perjuangan Bella tidak sia sia, juga tidak mudah. Replika Brad Pitt itu punya banyak pengagum. Bahkan diantara bidadari bidadari fans berat Mario itu ada yang berprofesi artis, penyanyi, bintang film bahkan gossipnya finalis Miss Indonesia juga rajin mengirim SMS ke HP Mario dulu.
Tapi, sekali lagi, bukan Bella namanya kalau tidak berhasil mendapatkan apa yang diinginkannya. Menepis para pesaing professional di sekeliling Mario dilakukannya dengan seluruh jiwa raga dan pengorbanan. Tak sia sia ia dilahirkan dengan IQ diatas rata rata. Walaupun kulitnya tak semulus finalis purti Indonesia yang juga model iklan Jamu itu, otaknya jauh lebih cerdas dari rata rata gadis seusianya. Barangkali karena Bella tak pernah alpa minum minyak ikan dua sendok makan sehari. Meski rasanya amit amit amisnya. No pain no gain.
Bella masih ingat pertemuan keduanya dengan Mario di sebuah café di Pondok Indah Mall. Bella pura pura tak melihat Mario. Pura pura tak sengaja bertemu di café itu. Padahal, antek antek Bella yang jadi pengunjung tetap PI Mall sudah puluhan kali mengirimkan informasi tentang keberadaan Mario.
“Buruan Bell, ntar dia keburu cabut tuh!” seru Anti lewat HP dengan antusias.
Bella muncul setengah jam kemudian. Dengan penampilan andalannya, yang membuat kakinya yang jenjang kelihatan lebih langsing dan bahunya yang bidang mirip bahu pragawati kelihatan lebih sexy. Sexy tapi tidak vulgar, begitu prinsip Bella. Langkahnya lebar penuh percaya diri dan seolah selalu terburu Рburu. Dari jauh dilihatnya Mario duduk di kursi rotan di depan caf̩. Mario menghembuskan asap rokoknya.
“Bismillahirohmanirohim” Ucap Bella sebelum melangkah di depan Mario. “Mudah mudahan dia ngenalin gue!” bathinnya penuh harap. Satu hal, yang tak pernah dilupakan Bella adalah meminta ijin dari Yang Maha Pencipta. Untuk setiap usahanya mencapai keinginannya, Bella selalu minta restu dari Tuhan, Allah, Yang Maha Esa. Bella percaya, 99% dari kesuksesannya adalah karunia Tuhan. Wajah cantiknya juga karunia Tuhan yang disempurnakan dengan kosmetik import Prancis tentunya.
Bella melangkah di depan Mario.
“Bella!”
Hati Bella berhenti berdegup. Ia menoleh lalu berlagak mengerutkan keningnya. Pura pura tak mengenali Mario.
“Hm… Michael ya?” sapa Bella dengan scenario ‘lupa lupa ingat” nya.
Mario menggeleng, tersenyum.
“Bukan. Mario. Mario Vasar….” Ralatnya “Ingat?”
“Mario… oo…ya.ya.ya.” Bella menghampiri Mario. “apa khabar? Lagi ngapain disini?”
“Waiting for you…”
“Waiting for me? Nunggu saya maksudnya?” Bella terperanjat heran.
Mario mengangguk. Senyumnya makin lebar. Dengan bahasa Indonesia yang patah patah ia berusaha menjelaskan.
“Teman kamu bilang…kamu mau ketemu saya ?”
“Teman…? Teman saya? Si..siapa…” suara Bella mulai bergetar. Kepercayaan dirinya mulai goyah. Maksud hati ingin bermain sandiwara, apa daya dirinya malah termakan sandiwara.
“Anti…” kata Mario lagi.
“Anti????” pekik Bella menahan amarahnya.
Grrhh…. Anak satu itu bener bener ular bermuka dua. Ternyata diam diam dia jadi mak comblang. Pada Bella, ia berlagak mendukung scenario Bella. Tapu pada Mario, Anti membongkar seluruh rahasia Bella. Seluruh keinginan terpendam dan cinta pandangan pertama Bella. Seandainya Anti saat itu ada dihadapannya, pasti segelas kopi susu di meja sudah singgah ke rambut Anti! Bella bukan cuma jengkel, merasa dikhianati, tapi lebih dari semua itu…maluuuuuuu!!!
Ding dong…
Bella tersentak. Kepalanya langsung menoleh ke pintu. Dikiranya suara itu suara bel pintu. Ternyata bukan. Suara itu dating dari layar monitor komputernya.
ANTI: Yuhu…..
Bella membaca ketikan Anti lewat jendela chatting Yahoo messanger. Chatting via internet adalah satu satunya pelipur lara dan kesepian Bella. Apalagi di musim dingin seperti ini. Canada terkenal sebagai the snow capital. Bukan cuma salju dan udara dingin yang bertamu di akhir tahun, tapi yang lebih parah lagi adalah hujan es dan badai salju. Sehingga malas rasanya mau keluar rumah. Selain tidak tahan pada udara dingin yang menusuk tulang, Bella juga kuatir. Di Radio berulang kali diberitakan kecelakaan lalu lintas akibat cuaca buruk. Selain es yang membuat jalanan jadi licin, minuman keras juga jadi pencetus kecelakaan lalu lintas. Dingin dingin begini makin banyak orang tang menghangatkan diri dengan alcohol, minuman keras.

NOTE: This was quiet a "hit" novels written together with Hilman "Lupus" Hariwijaya. Those good old days :) Hilman & I was talking about making a sequel after 15 years - for Rasta & Bella.

9.30.2008

CERITA DALAM KEHENINGAN

Posted by gustaf parlindungan lumban tobing On 9/30/2008 01:07:00 PM No comments

Penerbit : ESENSI ERLANGGA
Bahasa : Indonesia dan Inggris dalam 1 buku
Terbitan: 2008 - Coming Soon
Tebal : 300 halaman (kurang lebih)


Malam itu aku sedang terbaring di tempat tidur. Jody masuk ke dalam kamar. Ia berdiri di dekat pintu sambil membawa nampan berisi makanan. Ia meletakkan nampan itu di meja rias dan berjalan mendekatiku. Ia menarik selimut untuk menutupi tubuhku. Ia juga memeriksa suhu penyejuk udara agar aku tidak kedinginan. Kemudian ia duduk di samping ranjangku. Tangannya menopang kepalanya, memandangi lantai. Aku mendengarnya menghela napas. Suaranya terdengar letih. Lalu ia menatap wajahku, lama sekali. Aku membuka mata. Kami saling bertemu pandang. Jody mencoba mencari suatu penjelasan yang dapat membuatnya mengerti.
“Bantu aku untuk mengerti, Tuhan. Bantu aku untuk memahaminya…jika ia sedang menderita, biarkan aku yang menggantikannya. Biarkan aku yang menderita. Ia telah cukup banyak menderita. Bebaskan dia dan biarlah aku yang menggantikannya,” pintanya dalam doa. Matanya tidak terpejam, tapi menatap tajam ke mataku. Seolah akulah Tuhannya yang barusan diajak bicara.
Aku tersenyum padanya.
Ia sungguh terkejut.
“Apa kau baru saja tersenyum padaku?”
Aku terus saja tersenyum. Aku tidak tahu apa yang membuatku tersenyum. Aku juga tidak tahu apa yang akhirnya membuatku bereaksi sekarang.
Ia meraih tanganku dan menyentuh bibirku.
“Kau memang tersenyum padaku, kan?”
Tiba-tiba saja ada kekuatan yang membuatku melepas kediaman itu untuk sesaat. Kukatakan padanya: , “Duduk di sini bersamaku dalam keheningan sebentar saja. Mungkin dalam diam kau akan mengerti apa yang kurasakan.”
Aku telah memecah kesunyianku. Seharusnya aku hanya mendengar, tapi entah kenapa aku baru saja berbicara kepada Jody. Ia menatapku kebingungan, tapi ia menuruti kata-kataku. Kami tidak berbicara lebih banyak. Ia juga tidak memerlukan kata-kata apa pun lagi. Ia hanya mendekat dan duduk di sampingku. Aku menutup mata dan ia mengikuti. Kami duduk berdekatan.
Mata kami terpejam.
Kami duduk dalam diam.
Hening
Lalu semuanya mulai kedengaran, makin lama makin jelas
Aku mendengar suara jantungku yang berdegup semakin kencang.
Aku mendengar degup jantungnya juga.
Kami saling mendengar hati nurani masing-masing hingga kami mendengar suara itu. Suara yang tak bisa diterjemahkan dalam kata-kata dalam bahasa apapun. Karena suara itu terlalu murni.
Suara cinta yang sejati
Suara yang hanya terdengar dalam keheningan yang mutlak